Rabu, 22 Juni 2011

ASING MENDOMINASI DILANTAI BURSA


10 Nov 2010
NERACA
Lik,iit,i - Kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih di dominasi oleh asing, tercatat sejak 2008 porsi kepemilikan jumlah saham asing mencapai 66,7 persen, sementara 33,3 persen milik investor lokal. "Kepemilikan asing memang masih dominan. Fluktuasinya hanya berkisar antara 1 persen - 1,5 persen dalam dua tahun terakhir ini," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito, di Jakarta Selasa (9/11).
Menurut data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) nilai saham yang tercatat di BEI sebesar Rpl.771 triliun. Tercatat kepemilikan asing sebesar Rpl.173 triliun, sementara total kepemilikan investor domestik sebesar Rp597,821 triliun.
Ia mengatakan, sepanjang kuartal tiga 2010 tercatat Rp20,57 triliun nilai beli bersih (net buy) yang sudah masuk ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Fenomena tersebut semakin mengukuhkan dominasi asing dalam perkembangan bursa saham di tanah air.
Pengamat pasar modal Felix Shindunata mengatakan, rendahnya kepemilikan investor dalam negeri, tidak terlepas dari minimnya jumlah sub rekening efek yang terdaftar di KSEI. "Estimasi bursa saja baru mencapai 310.000 rekening efek, nilai itu sangat kecil sekali dibandingkan jumlah penduduk kita yang mencapai lebih dari 220 juta jiwa," katanya.
Terkait hal itu, BEI terus mengupayakan optimalisasi dengan terus memperbanyak edukasi serta roadshow ke kota-kota besar di seluruh Indonesia salah satunya dengan membuka sekolah pasar modal yang dikhususkan bagi kalangan perorangan yang berniat terjun menjadi praktisi pasar modal. "Sejauh ini responsnya saya rasa cukup bagus, bahkan setiap edukasi selalu dipenuhi peminat dan melebihi kapasitas yang tersedia," kata Ito.
Nico Omer Jonckheere, Vice President Research Valbury Asia Securities sebelumnya menilai, kinerja IHSG sangat sehat, namun, posisinya di bursa global belum signifikan. Menurutnya, kapitalisasi pasar BEI yang kecil terhadap pasar global, sangat dipengaruhi jumlah investor yang masih minim.
Saat ini, perbandingan jumlah investor pasar modal dengan jumlah penduduk sangat kecil. "Investor Indonesia saat ini hanya 1% dari total populasi," katanya. Ia pun menilai, jika orang yang tertarik terhadap pasar modal hanya sekitar 1%, maka diperlukan peningkatan hingga 5% untuk mengubah model pasar modal Indonesia. "Meskipun semua akan berubah ketika orang yang masuk di pasar modal sudah mencapai 5%," ujarnya.
Nico menambahkan, jumlah emiten yang beredar di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mempengaruhi kapitalisasi pasar. Makin banyak perusahaan terbuka yang terdaftar di BEI, maka kapitalisasi pasar akan bisa lebih besar.
Seperti diketahui, nilai kapitalisasi saham di BEI pada kuartal tiga 2010 naik 57,13% mencapai US$336,39 miliar. Namun, dalam peta saham dunia, posisi IHSG di pasar global ternyata masih tertinggal, yakni di posisi keenam.
Kontribusi IHSG mencapai US$336,39 miliar, atau 0,68% dari total kapitalisasi pasar modal dunia. AS masih mendominasi kapitalisasi pasar global sebesar 28,91%. Sedangkan bursa saham China menguasai kapitalisasi terbesar pasar negara berkembang dengan kontribusi 5,37%. Disusul bursa India di posisi kedua dengan kontribusi 3,35%, kemudian Brazil 3,04%, Mexico dan Rusia, masing-masing 0,91% dan 1,2%.
Analis PT Anugerah Securindo Indah Viviet S Putri mengatakan, kalah-nya nilai kapitalisasi BEI dengan bursa China, disebabkan jumlah perusahaan tercatat di bursa yang jauh lebih rendah. "Apalagi bursa China menggabungkan nilai rata-rata kapitalisasi dua bursa saham, yakni Shenzen dan Shanghai. Hal ini berpengaruh terhadap nilai kapitalisasi dan transaksi," katanya.
Viviet pun menilai, adanya perbedaan cara investasi penduduk China dan Indonesia, juga mempengaruhi bursa Indonesia dan China. "Di China, masyarakat menengah-atas memilih berinvestasi di pasar modal, sedangkan orang sini lebih banyak berinvestasi di sektor riil," ungkapnya.
Padahal, kinerja IHSG mengalami kenaikan pesat. Dari posisi awal tahun di kisaran 2.500, IHSG pada akhir Oktober sudah naik 43,4% di kisaran 3.635. Sementara valuasi harga saham atau price to earning ratio (PER) IHSG kini mencapai 15,5 kali, lebih maha] ketimbang bursa saham negara Asia Tenggara, dengan rata-rata 13,1 kali.
Prestasi ini diikuti indeks bursa Filipina yang sejak awal tahun naik 39,8%, Thailand 33,4% dan Malaysia 18,3%. Sedangkan valuasi bursa Malaysia mencapai 14,9 kali, Filipina 14,2 kali, Singapura 13,9 kali, Thailand 12,7 kali, dan Vietnam ll,8kali.n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar